ONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA
2011
PERAN KEPALA MADRASAH MTs NEGERI PAKEM DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DAN PROFESIONALITAS GURU
A. Latar belakang Masalah
Pendidikan,
yang merupakan usaha transformatif, mempunyai andil yang sangat besar
dalam mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia, yang mencakup
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual maupun emosional.
Kenyataannya, andaipun ada perbedaan pandangan dalam pendidikan, tak
pernah mempermasalahkan mengenai penting atau tidaknya pendidikan bagi
manusia, tetapi hanya berkisar di sekitar praktek atau pelaksanaan
pendidikan itu sendiri.
Salah satu unit pelaksana teknis di bidang
pendidikan tingkat pertama yang ada di Indonesia adalah Madrasah Negeri.
Hal ini terlihat dari Keputusan Menteri Agama RI No. 17 Tahun 1978 yang
menyatakan: “ Madrasah Tsanawiyah Negeri berkedudukan sebagai unit
pelaksana teknis di bidang pendidikan di lingkungan Departemen Agama”.
Madrasah ini merupakan sebuah lembaga pendidikan umum yang bercirikan
Islam, yang memiliki tanggung jawab menjadi salah satu lembaga
pencerdasan kehidupan masyarakat Indonesia .
Sebagai bagian dari
sitem pendidikan nasional yang mempunyai karakteristik Islam, Madrasah
Tsanawiyah Negeri mengemban tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen
integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara
keseluruhan, karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan
dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien . Berkaitan dengan
hal ini Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung
arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Dalam dataran aplikatif, hakikat manajemen pendidikan
ini diterapkan dalam organisasi unit-unit pelaksana teknis sebagai
komponen sistem pendidikan nasional yang ada . Satu di antara komponen
pendidikan nasional tersebut adalah madrasah.
Dengan demikian,
manajemen madrasah merupakan point penting guna tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan paradigma pendidikan
baru, yang dikenal dengan istilah “Manajemen Berbasis Sekolah” (MBS).
MBS merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi
para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi
sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf pengajar (guru) maupun
pegawai, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok tekait, dan
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Lebih khusus
lagi, MBS menuntut perubahan-perubahan tingkah laku kepala sekolah,
guru, dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Untuk
memenuhi persyaratan pelaksanaan MBS, kepala sekolah, guru, maupun
tenaga administrasi harus memiliki sikap profesional dan manajerial.
Oleh karena itu, mereka harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang
peserta didik dan prinsip-prinsip pendidikan untuk menjamin bahwa segala
keputusan penting yang dibuat oleh sekolah, didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah ini
pada dasarnya dapat diadopsi atau diaplikasikan di madrasah-madrasah.
Dalam
konteks MBS, madrasah harus meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam
pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Meskipun
demikian, otonomi pendidikan dalam konteks MBS harus dilakukan dengan
selalu mengacu pada akuntabilitas terhadap masyarakat, orangtua, siswa,
maupun pemerintah pusat dan daerah.
Agar desentralisasi dan otonomi
pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala madrasah perlu
diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara
fungsional, sehingga kepala madrasah mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai
manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu
mengatur agar semua potensi madrasah dapat berfungsi secara optimal. Hal
ini dapat dilakukan jika kepala madrasah mampu melakukan fungsi-fungsi
manajemen dengan efektif dan efisien, meliputi (1) perencanaan; (2)
pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan . Melalui manajemen
madrasah yang efektif dan efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan .
Kepala
madrasah merupakan seorang manajer di suatu madrasah. Kepemimpinannya
memberikan peran yang besar terhadap kemajuan ataupun kemunduran
madrasah yang dipimpinnya. Dari segi kepemimpinan, seorang kepala
madrasah nampaknya perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional,
agar semua potensi yang ada di madrasah dapat berfungsi secara optimal.
Kepemimpinan
transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang
mengutamakan pemberian kesempatan, dan atau mendorong semua unsur yang
ada dalam madrasah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system)
yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di madrasah (guru, pegawai,
siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia, tanpa
paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal
sekolah . Dengan kata lain, dalam kerangka kepemimpinan transformasional
tersebut, dapat diasumsikan bahwa semua unsur yang ada di madrasah -
misalnya guru atau pegawai – dapat meningkatkan kinerja pegawai dan
meningkatkan profesionalitasnya dengan bimbingan dan arahan dari kepala
marasah sehingga memberikan kontribusi terhadap efektivitas kepemimpinan
kepala madrasah.
Disamping itu melihat tujuan dari MTs Negeri pakem
yakni : tujuan pendidikan dasar dalam standar Nasional Pendidikan
dirumuskan dengan “ Meletakkan Dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Selain itu MTs Negeri Pakem juga
memiliki Visi yaitu unggul dalam prestasi, maju dengan IPTEK
berlandaskan IMTAQ serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat. Dari tujuan pendidikan dan Visi yang dimiliki MTs Negeri
Pakem yang begitu menarik dan begitu tidak mudah untuk mewujudkan dan
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari ,apalagi dengan adanya
jumlah siswa yang begitu banyak kurang lebih 415 siswa yang harus
memerlukan tenaga ekstra dalam menangani dan membimbingnya ,maka
diharapkan semua komponen yang ada ikut berperan aktif seperti tenaga
kependidikan, guru selaku pendidik dan kepala madrasah sebagai
penggerak untuk mewujudkan tujuan dan visi tersebut dapat melibatkan
diri dan mencurahkan segala kemampuannya untuk mewujudkan apa yang
menjadi tujuan dan visi dari MTs Negeri Pakem. Tidak lepas dari tuntutan
pegawai dan guru terutama yang telah mendapatkan sertifikat pendidik (
23 dari 33 guru yang tersertifikasi dan lulus ), yang semua itu tidak
sedikit biaya yang harus dikeluarkan harus benar-benar dapat membuktikan
bahwa kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting yang harus
ditunjukkan pada pemerintah dan khususnya bagi Madrasah yang menjadi
garapannya saat ini semakin diperhatikan dalam melakukan perannya apakah
sudah dapat merubah pendidikan yang ada untuk menjadi yang lebih baik
dan dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Adapun peran kepala sekolah
selama ini telah banyak memberikan segala sesuatunya seperti
menggerakkan bawahan dalam meningkatkan kinerja pegawai melalui arahan
dan bimbingan yang selama ini dilakukan dengan terus menerus guna
mencapai tujuan madrasah yang diinginkan mengalami suatu kendala yakni
tidak mudahnya memberikan arahan dan bimbingan pada pegawai dan guru ,
dimana dari masing masing memiliki keinginan dan sumber daya manusia
yang berbeda- beda dalam berpendapat, meningkatkan profesionalitas guru ,
yang mana dalam hal ini kepala sekolah memiliki peran yang sangat
penting sebagai sarana untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan
pendidikan dimadrasah.
Tujuan pendidikan di madrasah dapat terwujud
bilamana komponen penting seperti guru memiliki profesionalitas yang
tinggi, yang dalam hal ini peran kepala sekolah juga memiliki tugas
sebagai pengarah dan pembimbing bahkan menjadi pengajar bagi para
pendidik yang selalu dituntut untuk profesional dalam segala hal seperti
tuntutan dalam pembuatan administrasi guru, pembuatan perangkat
pembelajaran , mahir dalam mendidik siswa,
mengantisipasi para siwa
yang bermasalah yang itu merupakan tanggung jawab madrasah yang secara
bersama-sama menyelesaikan dan mengantisipasi dengan jalan yang terbaik.
Selain
itu pula dalam undang undang guru pada bab II pasal 6 yakni, kedudukan
guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Dengan asumsi teoretis dan
keberadaan di MTs Negeri Pakem tersebut diatas, penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai peran kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja pegawi dan profesionalitas guru. Dalam hal ini
penelitian dilakukan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Pakem, Sleman,
Yogyakarta.
Dipilihnya MTs Negeri Pakem sebagai lokasi penelitian
karena fungsi strategis yang dimiliki MTsN Pakem tersebut. Dalam upaya
peningkatan mutu Madrasah Tsanawiyah Negeri Pakem, Sebagian komponen
yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan Madrasah berusaha
menjadi madrasah yang diharapkan oleh masyarakat dan Madrasah yang
dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan bahwa masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah:
1. Bagaimana peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalisme guru di MTs Negeri Pakem?
2.
Bagaimana upaya/ usaha-usaha apa yang dilakukan kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru di MTS Negeri
Pakem?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru di MTs Negeri Pakem ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Hasil
penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran dalam khazanah intelektual Islam, khususnya mengenai manajemen
pendidikan Islam. Adapun secara praktis diharapkan dapat ikut andil
dalam memperbaiki manajemen madrasah khususnya dan pendidikan pada
umumnya.
Kegunaan Penelitian yang dapat diraih antara lain:
1.
Bagi pegawai, diharapkan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan
pengetahuan, motivasi, dan kinerja dalam melakukan tugas.
2. Bagi
guru, untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya, sehingga
mampu mengembangkan kemampuan, wawasan, dan kreativitasnya dalam
membimbing dan mendidik siswa.
3. Bagi kepala madrasah (sekolah),
sebagai masukan positif untuk dapat melakukan pembenahan terhadap
kekurangan dalam memanege bawahan sehingga ada langkah-langkah kongkrit
dalam upaya / usaha menciptakan suasana baru yang mendukung peningkatan
kinerja pegawai dan profesionalitas guru, guna mencapai tujuan
organisasi (madrasah) yakni peningkatan kualitas pendidikan bagi para
siswa.
4. Bagi masyarakat, untuk mengetahui kualitas suatu lembaga
pendidikan, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sekolah/ madrasah
yang modern, profesional, dan populer yang mampu menjawab tantangan dan
tuntutan masa depan yang akan dihadapi oleh anak-anak mereka sebagai
peserta didik.
D. Tinjauan Pustaka
A. Zainuri (2002) dalam
tesisnya yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Upaya
Menumbuhkan Minat Belajar Serta Pengalaman Ajaran Agama Pada Siswa MTs
Negeri Pakem”, memfokuskan penelitiannya pada aspek students learning
proses sebagai faktor yang dipengaruhi (dependen variable) oleh
kepemimpinan Kepala Madrasah (independen variable). Tesis tersebut
menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara aspek
kepemimpinan yang professional pada satu sisi dengan penumbuhan minat
belajar serta pengamalan ajaran agama pada siswa MTs Negeri Pakem, pada
sisi yang lain.
Budi Wardoyo (2001) dalam tesisnya yang berjudul
“Peranan Kepemimpinan Studi Korelasional Antara Pengetahuan Kepala
Madrasah Tentang Manajemen dan Kemampuan Penalaran Dengan Peranan
Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Kabupaten Sukohrjo”,
menemukan bahwa kapasitas pengetahuan Kepala Madrasah tentang manajemen
sangat mempengaruhi secara signifikan profesionalitas kepemimpinan
kepala Madrasah tersebut.
Kinerja Kelompok Kerja Guru (KKG ) dalam
meningkatkan profesionalitas guru PAI di kecamatan berbah Sleman ( 2009
). Dalam penelitian ini memfokuskan pada faktor yang mempengaruhi
kinerja KKG dalam meningkatkan profesionalitas khusus guru Pendidikan
Agama Islam ( PAI ).
Nurrina yuniarti dalam tesisnya Peran Kepala
Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Muhamadiyah 2 meneliti
tentang peran dan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Tesis lain yang berkaitan peran kepala sekolah yakni
berjudul: Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru di SMK N I
Tangerang Banten . Penelitian ini memfokuskan pada peran kepala sekolah
yang berkaitan dengan peningkatan mutu guru. Sementara penelitian yang
akan peneliti lakukan berfokus pada kinerja pegawai dan profesionalitas
guru. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan tidak sama dengan
penelitian yang telah ada.
Selain tesis tersebut, terdapat satu buah
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku
Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala
Sekolah”. Penelitian yang ditulis Abdullah Alhadza (2003) ini,
menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi
dan perilaku komunikasi antarpribadi secara bersama-sama terhadap
efektivitas kepemimpinan.
Secara argumentatif dapat dikatakan bahwa
penelitian pertama masih cenderung memfokuskan penelitiannya pada aspek
students learning proses, meskipun disinggung juga aspek kepemimpinan
kepala Madrasah dalam mempengaruhi penumbuhan minat belajar siswa dan
pengamalan ajaran agama, akan tetapi masih dalam dataran aspek proses
pembelajaran. Begitu pula dengan tesis kedua dan ketiga, walaupun
menjadikan kepemimpinan sebagai obyek penelitian, namun variabel yang
digunakan berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian yang telah
disebutkan di atas belum menyentuh secara komprehensif penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis mengenai peran kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru. Sehingga
penelitian ini masih mempunyai ruang akademik dan layak untuk dilakukan.
E. Kerangka Teoretis
1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut
Spanbauer para pemimpin dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang
baru, dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus memandu
dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa.
Sikap tersebut mendorong tercipyanya tanggung jawab bersama-sama serta
sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang
interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan di mama pemimpin “
harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampunmemahami bahwa
perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan serta merta.” Dalam
kesimpulan yang dikemukakan Spanbauer berkaitan dengan pemimpin, maka
pemimpin harus :
a. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam
aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah dasar,
prinsip-prinsip mutu statistik dan kontrol proses.
b. Memilih
untuk meminta pendapat tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara
mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana
seharusnya mereka bersikap
c. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen.
d.
Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang
menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu pada para pelenggan (
pelajar, orang tuan dan patner kerja )
e. Memahami bahwa keinginan
untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan
manajemen atas ke bawah ( top –down)
f. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangantenaga profesional langsung kepada guru dan pekerja teknis.
g. Mengimplementasikan yang sistematis dan kontinyu di antara setiap orang yang terlibat dalam sekolah
h. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik
i. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rasa rendah diri
j.
Memberikan telada yang baik , dengan cara memperlihatkan karakteristik
yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi dan
kondisi dengan mendengarkan keinginan guru dan staf lainnya.
k. Belajar berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.
l. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
m.
Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para
pelanggan eksternal ( pelajar , orang tua, dan lainnya) dan pada
pelanggan internal ( pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya).
Selain itu ada beberapa fungsi uatama pemimpin sebagai kepala sekolah yakni ;
a. Memiliki visi mutu terpadu bagi intitusi
b. Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
c. Mengkomunikasikan pesan mutu
d. Memastiakan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktik insitusi
e. Mengarahkan perkembangan karyawan
f. Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanpa bukti yang nyata
g. Memimpin inovasi dalam institusi
h.
Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikan tanggung jawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang
tepat
i. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional atau kultural
j. Membangun tim yang efektif
k. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.
Aspek
penting dari peran pemimpin sebagai kepala madrsah dalam pendidikan
adalah memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas
untuk meningkatkan pembelajaran yang luas untuk meningkatkan
pembelajaran para pelajar.
Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki
peran yang sangat penting dalam memandu para administrator dan memandu
guru untuk bekerja sama dalam memajukan sekolah/ pendidikan.
Dalam
menilai keefektifan suatu organisasi terdapat empat model pendekatan
yaitu: pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment), pendekatan sistem
yang menekankan stabilitas, pendekatan konstituensi strategis yang
menekankan terpenuhinya tuntutan para stakeholder, dan pendekatan
nilai-nilai bersaing yang mempertemukan tiga kriteria yaitu human
relation model, open sistem model, dan rational goal model .
Kepemimpinan
merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis Madrasah.
Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala madrasah dalam meningkatkan
kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru
dalam situasi yang kondusif. Prilaku kepala madrasah harus dapat
mendorong kinerja para guru dengan menujukkan rasa bersahabat, dekat dan
penuh pertimbangan terhadap para guru, baik secara individu maupun
sebagai kelompok. Dari banyak definisi tentang kepemimpinan dapat
diidentifikasi bahwa parameter kepemimpinan umumnya diarahkan pada gaya
kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan dalam manajemen pendidikan
terutama di tingkat madrasah dan kantor-kantor pendidikan adalah gaya
kepemimpinan situasional. Dalam hal ini kepala madrasah harus mampu
bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi tenaga kependidikan. Selain
itu kepala madrasah yang efektif harus mempunyai hukum dasar
kepemimpinan yang baik seperti visi yang utuh, keteladanan, tanggung
jawab, pelayanan terbaik, gaya kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif
dimaknai sebagai kepemimpinan yang mampu menghasilkan gerakan/kegiatan
dalam kerangka kepentingan jangka panjang terbaik dari kelompok (Kotter,
1988: 5).
Untuk mengukur efektivitas kepemimpinan, pada umumnya
peneliti merujuk pada tiga kelompok teori. Pertama adalah Traits
Theory. Teori ini berasumsi bahwa terdapat banyak karakteristik pribadi
yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi pemimpin yang
efektif. Oleh karena itu, efektivitas kepemimpinan seseorang diukur
pada seberapa banyak karakteristik yang dipersyaratkan tersebut
dimiliki. Kedua adalah Behavioral Theories. Teori ini berasumsi bahwa
keberhasilan atau efektivitas kepemimpinan dan kepatuhan bawahan
terhadap pemimpin ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
seorang pemimpin. Oleh karena itu, efektivitas kepemimpinan seseorang
diukur pada seberapa tepat seseorang menerapkan gaya kepemimpinan yang
direkomendasikan. Ketiga adalah Teori-teori Kontingensi. Teori ini
mencoba mengakomodasikan variabel spesifik yang terlibat dalam situasi
kepemimpinan. Teori Kontingensi menitikberatkan analisisnya pada faktor
situasi dan menegaskan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah penerapan
perilaku kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat.
Dari
uraian di atas dapat ditegaskan bahwa efektivitas kepemimpinan adalah
derajat keberhasilan seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi
dengan cara mempengaruhi pengikutnya melalui kombinasi ideal antara
orientasi pada tugas dan penekanan pada hubungan kemanusiaan sesuai
dengan situasi yang dihadapi.
Dalam hubungan dengan situasi sekolah,
Caplow menawarkan suatu formula yang dinamai SIVA Variabel, yaitu
Stability, Integrity, Voluntarism, dan Achievement. Stability adalah
kemampuan organisasi untuk memelihara atau meningkatkan statusnya dalam
hubungannnya dengan lingkungannya. Integrity ialah kemampuan organisasi
untuk mengontrol konflik internal yang ditunjukkan oleh saling
penyesuaian, kurangnya friksi, intensifnya komunikasi, dan besarnya
konsensus. Voluntarism secara sederhana dapat disamakan dengan
moral/semangat kerja yang ditunjukkan dengan rasa senang, jalinan
persahabatan, kepuasan batin, dan keinginan anggota untuk tetap
berpartisipasi sebagai bagian dari organisasi. Achievement ialah hasil
dari kegiatan organisasi yang ditandai dengan keberhasilan dan kegagalan
dalam mendapatkan tujuan umum dan tujuan spesifik dari organisasi.
(Drake, 1986: 95).
Dari serangkaian teori seperti dikemukakan di
atas, dapat ditegaskan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah adalah
tingkat keberhasilan kepala sekolah dalam mempengaruhi setiap
pengikutnya untuk melakukan aktivitas sehingga dapat mewujudkan
tercapainya tujuan kepala sekolah yaitu menciptakan stabilitas,
integritas, voluntaritas, dan prestasi (achievement) atas sasaran
administratif dan edukatif.
2. Kinerja Pegawai
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja (Depdikbud, 503 &
1060). Sedangkan menurut Zainuri (2002), kinerja adalah pelaksanaan
tugas dan kewajiban.
Istilah kinerja sering dikaitkan dengan tugas
atau tanggung jawab sumberdaya dalam suatu organisasi. Kata kinerja ini
digunakan untuk menyebutkan tingkat efektivitas pelaksanaan tugas
sumberdaya manusia yang ada, misalnya kinerja pegawai, guru ataupun
kepala sekolah pada suatu sekolah.
Menurut Suparman (2005) sumberdaya
manusia sekolah yang dapat dikatakan mandiri apabila memiliki
ciri-ciri:1) Pekerjaan adalah miliknya; 2)Bertanggung jawab; 3) Memiliki
kontribusi terhadap lingkungan pekerjaannya; 4) Mengetahui poisisi
dirinya dan memiliki kontrol terhadap pekerjaannya; dan 5) Pekerjaan
merupakan bagian hidupnya.
Di satu sisi dapat dikatakan bahwa kinerja
pegawai antara lain dapat dinilai dengan melaksanakan tugas secara
bertanggungjawab dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan
pekerjaannya secara keseluruhan, sedangkan efektivitas kepemimpinan
kepala sekolah dilihat dari tingkat keberhasilan kepala sekolah dalam
mempengaruhi setiap pengikutnya untuk melakukan aktivitas atau tugas dan
tanggung jawabnya, sehingga dapat mewujudkan tercapainya tujuan kepala
sekolah yaitu menciptakan stabilitas, integritas, voluntaritas, dan
prestasi (achievement) atas sasaran administratif dan edukatif.
Dari
teori di atas dapat dirumuskan bahwa kinerja pegawai (dalam hal ini
pegawai madrasah) adalah hasil yang dicapai dan kemampuan kerja, atau
tingkat (kualitas) pelaksanaan tugas utama yang diemban pegawai madrasah
yang merupakan tanggung jawabnya. Kinerjanya dapat dinilai efektif
apabila bertanggungjawab dan memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan pekerjaannya secara keseluruhan.
3. Profesionalitas Guru
Kata
profesionalitas, berasal dari kata profesi yang diserap dari bahasa
Inggris profession atau bahasa Belanda professie. Kedua bahasa tersebut
menerima kata tersebut dari bahasa Latin professio yang berarti
pengakuan atau pernyataan . Dalam Kamus Bahasa Indonesia, profesi
adalah: “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu”,
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan khusus. Dengan demikian, profesi dapat diartikan
sebagai keahlian khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu bagi
yang membutuhkannya . Sedangkan kata professional merupakan kata sifat
yang berarti pencaharian, dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian tertentu, seperti: guru, dokter, hakim, dan
lain-lain (Usman, 2000: 14).
Saat ini kita hidup pada era knowledge
based economy. Artinya sistem ekonomi secara global berjalan berdasarkan
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampaknya, negara yang
memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang kuat akan menguasai
ekonomi.
Secara langsung ataupun tidak langsung, hal tersebut
berimplikasi terhadap pendidikan. Sebagai orang yang memikul tanggung
jawab sebagai pendidik dan bertanggung jawab tentang pendidikan peserta
didik (Barnadib, 1993: 61), implikasi tersebut sangat terkait dengan
profesionalisme pada pekerjaan guru. Karena dengan guru yang memiliki
profesionalisme yang tinggi, pendidikan akan bisa ditingkatkan
kualitasnya. Kualitas pendidikan yang baik pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dengan demikian meningkatkan profesionalisme guru,
merupakan suatu hal yang sangat urgen. Menurut Houle, beberapa syarat
terciptanya profesionalisme guru antara lain: seorang guru harus
memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas kompetensi
individual (bukan atas dasar KKN), memiliki sistem seleksi dan
sertifikasi, dan ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antarsejawat.
Selain itu, ada kesadaran profesional yang tinggi, memiliki
prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem sanksi profesi, ada
militansi individual, serta memiliki organisasi profesi (Suyanto, 2004).
Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan
kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah:
kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang
pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta
kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat.
Dengan
kata lain pekerjaan mendidik (guru) memerlukan standar profesi khusus.
Di antaranya mengharuskan guru untuk (1) menguasai kurikulum, (2)
menguasai materi pelajaran, (3) menguasai teknik dan metode mengajar,
(4) komitmen pada tugas, dan (5) berdisiplin tinggi. Kelima hal itu
menjadi syarat minimal jika kita mengendalikan dunia pendidikan, dapat
secepatnya menggapai tujuan seperti yang kita cita-citakan bersama.
.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian
ini termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (field research), yaitu
pengumpulan datanya di lakukan di lapangan, seperti di lingkungan
masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan pembaga
pemerintahan.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
interaktif, yakni studi mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan
data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti
menginterpretasi fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna dari
padanya. Penelitian ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi.
Pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Dalam hal ini,
penyusun akan melacak data di lapangan untuk mengetahui peran kepala
madrasah dalam meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru di
MTs Negeri Pakem.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan pedagogis. Dengan menggunakan pendekatan ini,
peneliti akan menghimpun data berkenaan dengan peran kepala madrasah
dalam meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru di MTs Negri
Pakem.
3. Subyek Penelitian
Penentuan subyek dalam penelitian
ini menggunakan teknik populasi. Sedangkan untuk subyek informannya
adalah orang-orang yang mengetahui, berkaitan, dan menjadi pelaku dari
suatu kegiatan yang diharapkan dapat memberi informasi. Adapun subyek
penelitian tersebut adalah :
a. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Pakem, sebagai pimpinan dan pengambil kebijakan Madrasah
b. Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum
c. Guru mata pelajaran yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pakem
d. Pegawai tata usaha yang terlibat didalamnya.
Populasi
yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah semua sumber daya manusia
yang ada pada organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Pakem yang meliputi
: Pegawai, Guru, dan Kepala Madrasah.
4. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data penelitian, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Interview (wawancara), yaitu mengadakan tanya jawab dengan responden
untuk memperoleh informasi-informasi yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian.
2) Observasi, yaitu cara pengambilan data
dengan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat fakta dan
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data yang ada. Namun
dalam observasi ini telah dicatat, disusun secara sistematis, sesuai
dengan tujuan penelitian, serta dapat dikontrol vailditasnya.
3)
Dokumentasi, yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen untuk memperoleh
data sekunder, seperti : buku-buku, risalah sidang, agenda sidang
catatan briving , dan sebagainya.
4) Kuesioner, yaitu dengan
memberikan daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis kepada
responden untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti, terutama untuk
menjangkau responden yang sebanyak-banyaknya dan memperoleh informasi
yang seluas-luasnya dalam waktu penelitian yang terbatas.
5. Analisis Data
Karena
penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan filosofis
fenomenologis , maka data kualitatif ini dianalisis menggunakan
deskriptif analitik. Analisis induktif adalah pemikiran yang berangkat
dari fakta-fakta yang khusus kemudian dari fakta itu ditarik kesimpulan.
Dalam hal ini, analisis induktif adalah menginterpretasikan data hasil
dokumentasi, wawancara, serta observasi yang dilakukan dalam penelitian.
Untuk
memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Hal-hal yang dilakukan
dalam trianggulasi data tersebut ialah :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan data hasil wawancara antara satu sumber dengan sumber yang lain
c. Membandingkan hasil wawancara dengan analisis dokumentasi yang berkaitan
G. Sistematika Penulisan
Hasil
penelitian ini akan dituangkan dalam sistematika perbab yang terdiri
dari lima bab, dimana bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar
belakang masalah, rumusah masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori yang akan menjelaskan
mengenai variabel-variabel penelitian, yaitu peran kepala madrasah,
kinerja pegawai, dan profesionalitas guru.
Bab III akan
mendeskripsikan wilayah penelitian yaitu MTs Negeri Pakem , dimulai
dengan sejarah berdirinya; struktur organisasi; kondisi guru,
kepegawaian, dan siswa; fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Bab IV merupakan inti pembahasan.
Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai peran kepala
madrasah dalam meningkatkan kinerja pegawai dan profesionalitas guru
madrasah di MTs Negeri Pakem, dengan menggunakan analisis yang telah
ditentukan.
Bab V merupakan penutup yang menyajikan kesimpulan dan saran-saran penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Azizy, 2003, “Kata Sambutan” dalam Penerbitan Buku Pedoman Komite
Madrasah, Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Jakarta..
Arifin, Zainal, Evaluasi Instruksional, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Praktek. Edisi V Reneka Cipta. Jakarta .2006
Atmodiwirio, Soebagio, 2000, Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Ardadizya, Jakarta.
Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1990. Human Behavior at Work: Organizational Behavior. New York: McGraw – Hill Book Company.
Depag, 2003, Himpunan Peraturan Tentang Kepegawaian, Jakarta.
_________,
2002, Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota, Jakarta.
Depag RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004, Pedoman manajemen Berbasis Madrasah
Depag
RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.2006. UU RI No 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dan UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Jakarta
Devito, Joseph A. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper Collins College Publishers.
Drake, Thelbert L. dan William H. Roe. 1986. Principalship. New York: Macmillan Publishing Company.
Fajar, A. Malik, 1998, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Mizan, Bandung.
Fattah, Nanang, 2003, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Rosdakarya, Bandung.
Feldman,
Daniel C. dan Arnold, J. Hugh. 1998. Managing Individual and Group
Behavior in Organization. Auckland: McGraw- Hill Book Company.
Gibson,
Jane W. dan Richard M. Hodgetts. 1988. Organizational Communication: A
Managerial Perspective. Orlando, Florida: Academic Press Inc.
Hasan, Fuad. 1989. Renungan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka.
Kotter, John P. 1988. The Leadership Factor. New York: Free Press.
Lefton, Lester A. dan Laura Valvatne. 1982. Mastering Psychology. Boston: Allyn and Bacon.
Liliweri,
Alo. 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi: Suatu
Pendekatan ke Arah Psikologi Sosial. Bandung: Citra Aditya Bakti.
M, Mastuhu, 2003, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, Safria Insania Press, Yogyakarta.
M, Sufyarma, 2003, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, CV Alfabeta, Bandung.
Maman, “Upaya Memantapkan Profesionalisme Guru” dalam Pikiran Rakyat 24 Maret 2005.
McClelland, David. 1999. Motivational Research Achievement. 1999 http://westrek,hypermort. net/ Maslow/ od.hr07.htm.
Mufti, Ferry, 2003, “Rencana Kerja: Peningkatan Kinerja Pegawai Administrasi.
Mulyasa, E., 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munandar, Utama, Mengembangkan Kreatifitas Anak, Rineka Cipta, Jakarta.
Nata, H. Abuddin, 2003, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta.
Nazir, Muhammad, 1998, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Poerwadarminta, 1998, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.
Prokopenko, Joseph. 1987. Productivity Management: A Practical Handbook. Geneva: ILO.
Pulungan, J. Sayuti, 2001, Peranan Pendidikan Islam Dalam Mengaktualisasikan Kekhalifahan Manusia, al-Zaitun, Indramayu.
Purwanto. “Profesionalisme Guru” dalam Jurnal Teknologi Pendidikan No. 10/ Oktober./2002
Rahardjo, M. Dawam, ed., 1997, Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional, PT Intermasa, Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.
R